Buka Dulu Topengmu...

‘Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa – apa yang di ingini, yaitu: wanita – wanita, anak – anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah sisi kesenangan di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik(surga)’Ali Imran : 14.

Bicara soal cinta memang mengasyikkan dan tidak ada matinya. Bahkan tidak sedikit manusia melupakan semua hal dalam hidupnya demi satu hal yang mereka sebut cinta. Ada yang tidak bisa tidur, ada yang melamun melampiaskan perasaan dalam khayalan dan pengembaraan gundah gulana tak berkesudahan, lalu mabuk kepayang seakan terbang kelangit ketujuh ketika mengingat si buah cinta yang diidam idamkan, dan yang lebih parah lagi ada yang sampai bunuh diri gara – gara harapan cintanya pupus di tengah jalan ‘ketabrak mobil bermerek bukan jodoh’..waduh repot deh kalau sudah begini.

Banyak dari kita yang masih sulit memahami bahwa di dunia ini, realita tidak bisa kita samakan dengan cerita cinta di dongeng beauty and the beast, Cinderella, putri salju dan tujuh kurcacinya atau sinetron – sinetron kebanyakan. Get real aja…hari geneee masih ketipu? Kasihan deh kamu. Karena itu berhati – hatilah sebelum kamu memutuskan untuk menjatuhkan hati dan melepaskan perasaan cintamu pada seseorang. Karena kalau salah orang..wah bisa gawat tuh! Takutnya cinta hanyalah sebuah topeng untuk memanfaatkan atas kepentingan yang tidak ada hubungannya dengan arti cinta itu sendiri. Maka jagalah diri kita dengan kehati – hatian yang sangat dalam sebelum kita memutuskan untuk mencintai seseorang. Karena sudah banyak orang ketipu dengan yang namanya cinta, hanya karena mereka sering salah membedakan antara cinta sejati dan hawa nafsu yang membutakan mata hati kita.

Apalagi kalau cintanya cuma hanya dilihat dari kekaguman fisik semata. Cinta sejati tidak bisa diukur dari kecantikan fisik semata. Walau memang Rasululllah Saw, cowok paling keren sejagat raya itu tidak melarang kita untuk mencari belahan jiwa kita berdasarkan kecantikannya, tapi kita harus tahu juga kecantikan fisik tidak abadi. Semua itu akan keriput, bertambah tua dan kembali menjadi tanah. Bahkan ada banyak hal lain yang harus kita pertimbangkan jika kita ingin mengukur kedalam cinta dari kekaguman fisik semata. Cinta sejati itu penuh ketulusan, pengorbanan dan kesetiaan. karena itu berhati – hatilah sebelum kita memilih orang yang kita anggap mampu menemani hidup kita dengan cinta hingga kematian memisahkannya.

Banyak kasus cinta yang hancur terjadi karena kebanyakan orang hanya memilih belahan jiwanya karena kecantikan fisik semata. Akhirnya ketika sudah berjalan, Cinta hanya dipenuhi nafsu semata. Rindu yang dirasakan bukan karena sebuah ketulusan cinta, tapi mempunyai misi tersembunyi meskipun dibibir sering keluar kata sayang, I love you, I care about you dan lusinan lip service si kekasih hati. Tapi apa iya hanya dengan ukuran bibir sebuah ketulusan dan kesetiaan bisa dipertanggung jawabkan? Dan tidak sedikit juga kasus patah hati hingga gantung diri terjadi ketika komitmen cinta tidak lebih dari sebuah nafsu sudah menjadi membosankan, suasana ikatan cinta menjadi penuh kejenuhan akhirnya lahirlah ketidakcocokan, pertengkaran yang ujung – ujungnya paling ada yang minta dipulangin kerumah orang tua kayak syair sebuah lagu pop tempo dulu.

Kecantikan adalah...

Sepakat atau tidak sepakat, fisik memang tidak abadi. Ia akan keriput, menua, mati dan membusuk di dalam tanah. Okelah kamu masih ngotot untuk mengejar cintamu yang paling cantik atau paling ganteng sealam semesta menurut kamu. Sampai-sampai kamu bisa dibuatnya tidak bisa tidur karena terus menerus memikirkan si dia. Sekalipun tertidur kamu masih juga memimpikan si dia, bahkan bangun pagi yang pertama diingat adalah dia. Itu memang hak asasi kamu, masalahnyakan belum ada yang tahu apa dia juga suka sama kamu? Kasihan aja kalau nanti bertepuk sebelah tangan, alias berat sebelah, alias tidak ada pengaruh apa – apa atau dia malah cuek saja dengan semua perhatian kamu, atau yang lebih para dia justru tidak ada rasa apa – apa sama kamu. Pengen dapat cewek cantik? Kamu sudah seganteng apa sih untuk bisa dapat perhatian dia? Pengen dapat cowok ganteng? Kamu udah secantik apa sih untuk narik perhatian dia?.

Tapi Alhamdulillah kalau ternyata kalian sama – sama ganteng dan cantik, atau ternyata perjuangan anda tidak sia – sia alias si belahan jiwa ternyata tertarik juga dengan kecantikan fisik anda. Jangan bangga dulu, masalah belum selesai sampai disitu. Coba bayangkan kalau ternyata waktu telah memudarkan ketampanan atau kecantikan anda? Masihkah kekasih anda mau menerima anda apa adanya?. Seiring waktu semua manusia pasti menua. Kulit – kulit mulai keriput, tulang mulai kropos, badan yang tegak mulai membungkuk, stamina yang kuat mulai melemah. Waktu perlahan – lahan akan mengambil semua kecantikan dan ketampanan fisik anda ataupun kekasih anda. Akankah kekasih anda mencintai anda ketika semua keindahan fisik anda mulai memudar?.

Apalagi di bumi Allah yang luas ini para wanita cantik dan pria tampan tak pernah habis, bibit – bibit baru bermunculan. Para ABG yang postur tubuh mungkin masih biasa saja akan terus terbentuk, lekukan – lekukan tubuhnya, keindahan fisiknya akan mulai terlihat seiring pendewasaan mereka. Apakah kita semua yakin bahwa orang yang kita cintai masih mau dengan kita ketika ternyata ada orang lain yang lebih baik dari kita muncul dan menggoda, apalagi kalau ternyata kekasih kita merasa masih sangat penuh percaya diri dan mampu untuk mendapatkan orang lain yang lebih baik dari kita untuk jadi kekasih barunya. Berapa banyak cerita perselingkuhan, perceraian hadir diantara kita. Mulai dari pedesaan hingga ke dunia selebritis karena hal – hal seperti itu.

Selain dari itu, banyak juga contoh hancurnya hubungan asmara yang hanya seumur jagung. Banyak juga disebabkan ketidakmampuan pasangan kita menerima kekurangan sisi – sisi fisik kita yang lain. Kadang tampilan luar begitu memikat. Rambut panjang seperti iklan – iklan shampo, kulit luar tampak halus seperti iklan iklan kecantikan yang betebaran.

Kosmetik Cinta...

Sayangnya cinta buka fatamorgana iklan atau utopia marketing dari setiap model model promosi kosmetik kecantikan yang betebaran di televisi. Coba bayangkan selain kasus penuaan fisik ternyata keindahan fisik kekasih kita harus hilang karena alasan lain, contohnya kecelakaan. Mau itu ketabrak mobil, motor, keserempet kereta api, jatuh dari ketinggian karena alasan tertentu, kesiram air atau minyak panas. Yang akhirnya menyebabkan kekasih anda harus cacat seumur hidup. Atau yang contoh lain yang lebih ringan ternyata ketika anda membuka satu persatu penutup auratnya entah karena anda hendak berzina atau memang karena malam itu malam pertama pernikahan anda ternyata badanya penuh tompel hitam, atau penuh penyakit kulit seperti kadas, kurap, gatal – gatal, kulit bersisik, kutilan, atau ada bekas jahitan operasi yang lumayan banyak dan besar di perutnya atau tempat yang lain…nah loh! Gmana tuh? Mampukah anda menerima dia apa adanya? Atau sebaliknya jika ternyata semua kekurangan diatas tadi ada pada diri anda? Beranikah anda terbuka pada kekasih anda? Yakinkah anda bahwa dia akan menerima anda apa adanya?

Maka begitulah cover buku banyak menipu kita. Tampilan luar tidak selalu mewakili isi sebenarnya. Seperti topeng yang menipu. Ia tidak menjadi lebih baik dengan kosmetik, tapi kosmetik hanyalah bentuk kekhawatiran akan rasa kehilangan sesuatu yang memang sudah fitrah pasti menua, keriput dan makin menghilang mengiringi waktu. Maka akan berbeda jika anda mencintai seseorang karena kepribadiannya. Kepribadian tidak kenal menua, keriput bahkan mati. Kepribadian yang baik semakin tua maka dia akan semakin kaya pengalaman, semakin dewasa dan matang maka ia akan semakin mengagumkan.

Kepribadian bukanlah topeng, karena baik dan buruk seseorang adalah cermin dari kepribadiannya. Kepribadian yang buruk akan membuat suasana cinta makin membosankan. Namun kepribadian yang baik akan selalu memberi warna yang dinamis dalam sebuah perjalanan cinta. Karena tonggak cinta yang didirikannya bukanlah nafsu semata, tapi juga kemampuan untuk mengelola cinta diantara dinamika perbedaan. Karena ketika kita mencintai saat itu pula kita harus siap menerima belahan jiwa kita seutuhnya baik kelebihan ataupun kekurangan dirinya. Bisa jadi fisiknya indah, tapi bukan berarti ia tidak memiliki kekurangan dari sisi yang lain, entah itu sikap dan karakter yang belum kita kenal sebelumnya dan masih disembunyikannya. Kemampuan untuk menerima kekurangan belahan jiwa kita hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang dewasa dalam memahami cinta. Dan bicara tentang kedewasaan tidak bisa diukur oleh umur apalagi keindahan fisik. Tapi ia juga adalah cara berpikir yang baik dan kejernihan hati yang bersih dalam meniatkan kelahiran sebuah cinta yang tulus dalam perjalanan menuju sejarah yang sejati.

Cinta dan hawa nafsu selalu berada diantara sebuah garis tipis, yang kasat mata takkan mampu membedakannya. Kepribadian melahirkan komitmen dan pembuktian, namun keindahan fisik hanya habis pada kekaguman sempit yang berujung pada nafsu dan birahi yang membutakan akal sehat. Kepribadian tidak kenal tua dan keriput, tapi fisik akan habis ditelan waktu dan zaman yang tidak mengenal siaran ulang. Kepribadian yang baik akan selalu dikenang sekalipun jasad sudah kembali pada tanah, namun fisik yang telah mati akan terlupakan ketika ada keindahan fisik yang lain yang lebih baik atau ketika ia kembali ke dalam tanah tanpa meninggalkan sebuah kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik tidak melihat kekurangan sebagai sesuatu yang buruk, tapi ia akan melihatnya sebagai sesuatu yang harus di isi, dikelola bahkan dimanfaatkan menjadi potensi yang baik. Kepribadian yang baik selalu mampu berdiri disetiap kekurangan kekasihnya, menjadi supporter yang melahirkan motivasi motivasi pembelajaran untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam sebuah perjalanan cinta. Namun fisik tanpa sebuah kepribadian yang baik akan menjadi membosankan ketika ia mulai tua dan keriput, ketika ia menjadi cacat dalam perjalanan cintanya. Fisik tidak pernah mampu mendewasakan kita. Karena fisik hanya hidup dalam kepuasan lahiriah, karena itulah keikhlasannya hanya bermuara pada area biologis.

Ketahuilah tidak semua kepuasan lahiriah mampu mencukupi dan memperkaya kepuasan batiniah. Namun semua keikhlasan batiniah adalah kekayaan terbaik yang menguasai segala aspek termasuk menuntun arah hasrat lahiriah untuk mengerti bahwa nafsu tanpa kepribadian yang baik, tak ubahnya seperti merendahkan manusia ke derajat hewani yang tak pernah diberikan akal dan budipekerti oleh Allah Swt.

Oleh karena itu jika anda adalah orang yang merindukan cinta yang sejati. Mencintai karena fisik bukan sebuah kesalahan mutlak, tapi mendefinisikan cinta semata karena sebuah kekaguman fisikal merupakan sebuah kebodohan yang harus diluruskan niatnya. Karena keindahan fisik hanyalah teman sejati dari mata yang telanjang. Mata yang hanya mampu menilai keindahan dari sampul – sampul luar sebuah pakaian kepribadian. Dan sampul hanyalah sebuah kosmetika yang tidak semuanya dibangun karena kualitas harga jual sebuah isi kelas tinggi. Maka begitulah keindahan fisik memang tidak akan pernah mampu menjelaskan kepadamu tentang apa yang terbaik bagi hidupmu. Karena keindahan fisik memang bukan sahabat dari nurani, karena cara ia memandang cinta memang berbeda.

Mata Angin Pendewasaan...


Semoga dari situpulalah kita sepatutnya bisa sama – sama belajar, untuk tidak pernah mencurahkan semua perasaan gelisah dan gejolak hati kita untuk mencari kebahagiaan hidup hanya kepada keindahan fisik semata. Jangan pernah menggantungkan harapan cintamu pada paras dari lukisan yang diberikan oleh kasat matamu. Karena ia hanyalah bayangan semu dan terlalu lemah untuk mengalahkan waktu dan susunan alam yang pasti akan memuai keriput – keriput juga membuka banyak tabir kepalsuan. Karena keindahan fisik tidak pernah sempurna menyimpan kepercayaan kita. Karena keindahan fisik akan luntur perlahan – lahan ditelan getaran zaman. Getaran yang menjadi fitrah bagi setiap manusia.

Biarlah kedewasaan hati mengakomodir arah mata. Agar ruas harga dirinya terjaga dan tidak terjatuh dalam fatamorgana dan mimpi – mimpi yang membutakan kita pada kenyataan. Sekelebat kesalahan itu lewat. dan sedikit saja celah kita biarkan ia menghantui ruang – ruang kosong dalam hati kita. Maka sejak itu perangkapnya akan merubah fitrah menjadi nestapa dan penyesalan. Maka sejak saat itu percayalah keindahan fisik tidak akan pernah mampu menjelaskan kepada kita tentang nurani dan iblis yang berkecamuk di dalam jiwa kita yang penuh dengan keterbatasan.

Sembunyikanlah gundahmu, lukamu atau kisah yang mungkin pernah membuat engkau mengharapkan atau menyimpan foto – foto dan kisah – kisah kemesraan itu, mengoleksi sejarah dan mengkhawatirkan keberadaannya dibalik setiap lapisan waktu yang tak pernah berhenti berdetak. Lalu setelah itu akalmu-pun akan ikut mati dalam jarak simetri di antara ruang – ruang duka dan suka. Kau coba merubah semua kedalam pilihan yang kedua. Untuk membangun setetes harapan dan mimpi akan kebahagiaan. Walau kau coba berkali – kali memastikan tanda tanya. Mencari jawaban yang sebenarnya kau sudah mengetahui jawabannya. Namun mau berapa kali lagi kita biarkan diri kita tertipu, ketika setiap haluan definisi kebahagiaan itu harus berakhir dari nasehat bisu kekaguman fisik semata. Lalu kita biarkan diri kita terseret ke dalam harapan dari oasis di antara sahara hidup yang membuatmu seakan melihat kesegaran dan nafas yang penuh kenyamanan.

Ingatlah, cinta sejati selalu dijaga bersama sang ksatria waktu dalam medan perang yang penuh kesabaran dan pengertian panjang. Yang keseluruhannya menimbulkan energi pembelajaran untuk menjadi lebih baik dengan kedewasaan. Dan itulah hal yang tidak mampu di jelaskan oleh cinta yang dilahirkan oleh keindahan fisik semata. Ia hanyalah sebuah kebisuan. Ketika engkau bertanya tentang kekuranganmu, Ia tidak mampu jujur kepadamu tentang kekuranganmu yang perlu dikuatkan dalam dirimu. Ia hanya berdiam diri mengikuti bahasa tubuhmu. Mengikuti aura dirimu menemani senyum atau airmatamu hingga ia bosan padamu bahkan mungkin mencampakkan dirimu tanpa pernah mampu melahirkan nasehat yang mendewasakan.

Ia memang mampu menciptakan bara yang menerangi dimensi kesunyian hatimu dengan nostalgia Cinderella. Tapi kebahagiaan cinta baginya layaknya lilin dalam gelap harapanmu, meneranginya sejenak sambil membakar dirinya sendiri. Hingga tak ada lagi harapan yang tersisa selain puing – puing sesal setelah tepian waktumu habis menjadi tua dan mati. Begitulah jamuan awalnya dimulai dengan tipu daya, praduga yang menitipkan asa pada sketsa wajah yang menghayutkan rasa sadar kita pada level dimana nalar terlanjur terjebak dalam samudera hati yang penuh dengan buaian semu syair – syair cinta yang episodenya dimulai dari hasrat kedagingan.

Lalu apa yang kau harapkan dari besi yang pasti akan tenggelam bersama karat lalu keropos tanpa identitas dan tak pernah mampu meninggalkan mutiara bagi pilar – pilar sejarah hidupmu. Begitulah kebodohan orang yang memulai cinta mereka karena keindahan fisik semata, Mereka hanya mampu menunjukan kepadamu refleksi keistimewaan dari plagiat ruang bisu lahiriah yang takkan pernah mampu bersandung abadi bersama waktu, dan takkan pernah mampu bertahan menembus zaman yang sarat dengan kesah dan peluh, apakah keindahan fisik bisa membuatmu menjadi orang yang tangguh?

Kepribadian yang baik tidak melihat cinta dari sampul luar saja. Sedangkan keindahan fisik selalu memulai cinta dari sana, dari pelataran yang penuh topeng dan jauh dari kerendahan hati. Tapi untuk kepribadian yang bersinar dalam kejujuran hati, ia akan selalu bersemi dalam keikhlasan hidup yang bermuara dari samudera paradigma yang jauh lebih berharga dari harga sebuah sampul yang paling mahal didunia ini. Karena itu percayalah mencintai karena keindahan fisik bukanlah segala – galanya, tapi dari kepribadian yang baik kau bisa mendapatkan segala – galanya.
Selengkapnya...

Seni Dalam Mengambil Keputusan...

“Dijadikan Indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik” [ Ali Imran : 14]

Cinta adalah garis tipis antara nafsu dan ketulusan. Hanya karena kekaguman semu terhadap penampilan fisik dan cover luar, banyak orang telah tertipu dalam memutuskan sebuah pilihan cintanya.

Padahal sebuah keputusan adalah momentum vital yang tak boleh kita remehkan. Karena keputusan cinta yang salah, akhirnya jangan aneh kalau perjalanan cinta anda isinya cuma pertengkaran, saling mencurigai, acuh tak acuh dengan kekasihnya sendiri, kebosanan, mulai melirik ke yang lain, tidak puas dengan semua yang ada pada kekasihnya terutama ketika sudah mulai melihat kekurangan demi kekurangan yang ada pada kekasihnya yang akhirnya berujung pada penyesalan panjang atau hancurnya sebuah perjalanan cinta. Padahal waktu dulu ketika pertama kali melihat sang pujaan, hati kita berdebar, setiap waktu kita penuh rindu, gundah dan lusinan kegelisahan, ditambah hidup yang penuh kekhawatiran atas keadaan kekasih kita.

Mengapa sekarang semuanya berubah? Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana, bukan hanya kita tertipu oleh penampilan luar tapi kebanyakan kita juga terlalu cepat terbuai dalam mengambil keputusan. Umar Bin Khatab ra pernah menyarankan kepada kita bahwa untuk mengetahui kepribadian asli seseorang ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama adalah melakukan perjalanan jauh bersama orang tersebut, kedua adalah melakukan transaksi bisnis dan yang ketiga adalah bertetangga dengannya. Inti dari pesan khalifah Umar ini adalah kita tidak boleh tergesa-gesa dalam memberikan penilaian buruk dan baiknya seseorang. Apalagi dalam urusan orang yang akan kita jadikan belahan jiwa kita. Salah salah bisa menyesal deh kita akhirnya.

Jika kita sudah terpesona kepada keindahan fisik secara berlebihan. Kesalahan pertama ini akan diikuti dengan sikap gegabah selanjutnya. Sikap gegabah itu adalah sikap tergesa-gesa dalam mengagumi seseorang hanya karena keindahan fisiknya yang menurut kita cantik atau tampan, atau karena kita baru saja melihat sebuah kebaikan sesaat, secara kasat mata dalam dirinya. Memang berprasangka baik terhadap seseorang itu adalah hal yang disunnahkah, tapi bersikap waspada dan memberikan sedikit waktu kepada diri kita untuk mempertimbangkan secara matang sebuah keputusan cinta juga adalah sifat kehati-hatian yang sangat dianjurkan oleh Islam.

Agar cinta dapat bermuara pada kapal yang tepat dengan pemimpin dan pendamping yang tepat membutuhkan sebuah proses yang tidak cepat. Begitulah keputusan cinta harus dipersiapkan dengan matang dan seksama hingga ketika ia mengarungi samudera kehidupan ia selalu siap dengan managemen dan strategi yang baik dalam menghadapi semua dinamika keluarga dan kehidupan. Dalam prosesnya cinta adalah menggabungkan dua buah karakter manusia yang berbeda untuk menjadi kekuatan yang mampu mewarnai kehidupan yang isinya beragam. Disana ada keindahan kehidupan, namun disana ada juga badai yang selalu datang silih berganti dan tidak menentu. Oleh karena itu kesalahan dalam memilih sebuah kekasih hidup kita akan memberikan pengaruh besar dalam langkah ke depan cita-cita kehidupan kita.

Pertimbangan yang tepat adalah hal vital yang harus kita perhitungkan. Rasulullah SAW pernah mengingatkan kita tentang 4 hal yang harus diperhatikan dalam memilih seorang pasangan hidup. Pertama karena fisiknya, kedua karena keturunannya, ketiga karena kekayaannya dan keempat adalah sebaik-baiknya sebuah pilihan adalah karena agamanya.

Keputusan cinta itu seperti seni. Ia berbicara dengan kejernihan imajinasi akan cita-cita kehidupan yang tinggi. Jika kita mau seni itu memiliki nilai jual maka kita juga harus tahu bagaimana cara mengolah bahan baku perasaan kita agar bisa menjadi seni terindah yang memiliki nilai jual yang sangat mulia yang kita sering menyebutnya cinta sejati. Nilai jual itu hanya bisa kita dapatkan dalam keseimbangan guratan perasaan dan resep perpaduan antara logika, hati dan hakikat ibadah kita sebagai hamba Allah. Banyak orang salah memilih sebenarnya bukan karena ia tidak bisa memilih dengan tepat, tapi kebanyakan karena ia tidak mampu menyeimbangkan resep kehidupan tersebut dengan porsi dan takaran yang tepat dan seimbang.

Antara Perasaan, Logika Dan Hati Yang Bersih


“Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikitpun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan” [Yunus : 36]

Perasaan adalah hal yang paling menjebak dalam sebuah gejolak cinta. Karena dari mata ia akan turun ke hati itulah bahasa populernya. Karena mitos tentang cinta itu buta tidak mesti ada jika kita mampu mengelola perasaan kita untuk tidak terlalu membuncah sebelum saatnya. Perasaanlah yang melahirkan rindu, resah, gundah, gelisah, egoisme dan sejuta hasrat yang mematikan nurani. Terlalu banyak mempercayakan keputusan cinta kita pada perasaan hanya akan membuat kita menjadi orang yang lemah. Berapa banyak kasus patah hati, putus asa, hilang semangat hidup, dendam hingga bunuh diri disebabkan cinta yang tak kesampaian. Semua itu bisa terjadi karena eksistensi perasaan terlalu mendominasi di dalam diri kita. Inilah mengapa banyak orang mengatakan cinta itu buta, yap! benar! Cinta itu buta karena kita telah membutakan hati nurani kita dengan perasaan yang terlanjur kita penjarakan diatas hawa nafsu kita sendiri.

Logika adalah sisi lain yang menemani langkah fitrah perasaan, ibarat kita sedang naik sebuah kendaraan. Perasaan adalah gas penambah kecepatan kendaraan kita maka logika akan bekerja sebagai remnya. Dengan adanya logika kita jadi bisa berpikir panjang tentang semua efek dan kemungkinan yang baik ataupun yang buruk tentang pilihan hidup kita. Dari logika lahir pertimbangan, analisa, perencanaan hingga kehati-hatian.

Setelah perasaan dan logika maka kita perlu mesin penggerak jiwa yang lain. Dialah hati kita. Perasaan lahir karena sentuhan hati begitu juga logika yang berprasangka baik lahir karena hati yang jauh dari penyakit. Pastikanlah sebelum kita membuka perasaan kita, sebelum kita mengejewantah dalam setiap pertimbangan cinta kita, pastikan bahwa hati kita dalam posisi yang bersih dan netral. Tidak berpihak pada pengharapan untuk memiliki, tidak juga skeptis dan merasa tidak layak untuk memiliki. Perasaan dan logika ibarat dua sisi timbangan, maka hati adalah tiang penyeimbangnya. Jika ia sedikit bergeser ke kanan, maka sisi kiri akan terasa lebih berat begitu juga sebaliknya.

“Sesungguhnya janji Allah itu benar.” [Al Mu’min : 77]

Keutamaan hati

Suatu ketika Lukman Al Hakim yang sedang menyembelih seekor kambing di datangi anaknya dan bertanya mana bagian manusia yang paling baik. Lukman Al Hakim mengambil bagian hati dari kambing tersebut dan menunjukkannya kepada anaknya. Begitu juga ketika anaknya menanyakan bagian terburuk dari manusia, Lukman Al Hakim tetap menunjukkan hati dari kambing tersebut. Begitu vital kontribusi hati dalam mempengaruhi seseorang adalah suatu hal yang tidak bisa kita bohongi.

Baik atau buruknya sebuah perasaan dan logika semua kembali kepada kualitas hati kita. Jika hati kita kotor dan penuh maksiat maka itupun akan mempengaruhi bentuk apresiasi perasaan dan pikiran kita. Pertanyaannya adalah bagaimana cara memiliki hati yang bersih dan kuat dari cobaan yang mampu mengotori kemurniannya?

Ibarat tubuh yang membutuhkan energi dari makanan seperti nasi, sayur mayur dan lauk pauk lainnya. Maka begitupun hati membutuhkan input energi. Hati juga membutuhkan makanan agar ia tidak sakit apalagi mati. Kualitas hati manusia itu terbagi menjadi tiga jenis, pertama adalah hati yang mati, kedua adalah hati yang sakit dan ketiga adalah hati yang sehat.

Kata Rasulullah SAW hati itu seperti besi, jika ia tidak dirawat ia akan berkarat lalu kropos dan mudah hancur dan patah, lalu mati tak berguna. Hati yang mati adalah hati yang sudah tidak bisa lagi menerima nasehat kebaikan. Ia sudah disesatkan oleh dominasi nafsunya yang terdorong oleh nilai-nilai yang jauh dari semua nasehat kebaikan. Pintu pencerahannya sudah ditutup dari semua bentuk hidayah Allah. Ia sudah tersesat karena kebodohannya sendiri.

Hati kita menjadi mati karena kita begitu sering mendustakan kebenaran Allah Swt. Kemaksiatan yang lahir dari sikap menyepelekan tuntunan hidup Allah Swt telah membuat hati menjadi sakit lalu mati karena tertutup oleh tumpukan noda hitam yang lahir karena maksiat demi maksiat yang kita lakukan. Mencintai sesuatu atau seseorang lebih daripada Allah Swt merupakan salah satu maksiat yang membutakan hati kita dari cahaya hidayah Allah. Apalagi kalau maksiat itu telah berubah menjadi sebuah rutinitas dan kebutuhan yang akhirnya telah membiasakan kita menjadikan itu bagian dari keseharian hidup kita, hingga tak ada lagi rasa bersalah dan takut kepada Allah Swt, maka percayalah kalian tidak akan pernah menemukan jejak cinta sejati dengan keputusan yang berasal dari hati yang mati seperti ini.

Ikhtiar dari sebuah misteri keputusan cinta

“tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” [Al Baqoroh : 216]

Maka begitu juga ketika kita ingin mendapatkan kisah cinta terbaik dalam diri hidup ini, kita harus sadar tidak ada rasa cinta terbaik selain sentuhan cinta Allah kepada hidup kita. bahwa kita berikhtiar ingin mendapatkan yang terbaik bagi diri kita adalah hal yang sangat dibolehkan. Namun ketahuilah bahwa yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah begitu juga sebaliknya. Beginilah akhirnya titik akhir perenungan dari usaha penyeimbangan perasaan, logika dan kebersihan hati akhirnya tetap berujung pada mulianya keridhoan Allah terhadap perjalanan cinta kita.

Menggapai keridhoan Allah, itulah akhir rahasia yang harus kita ketahui. Keridhoan Allah terhadap keputusan cinta kita akan menuai berkah. Berkah Allah tidak diukur dari materi semata, tapi juga kemampuan mengelola keluarga dalam proses pencocokan dua perbedaan manusia. Keberkahan adalah ikhtiar jiwa yang penuh keikhlasan baik di saat saat suka ataupun di saat duka. Keberkahan adalah energi bagi ruh dikala lemah, karena keberkahan adalah rasa syukur yang akan menghiburnya untuk tabah dan tegar diantara dinamika badai kehidupan. Keberkahan adalah persepsi dari pondasi ketakwaan. Karena dalam kondisi apapun hatinya akan lapang, dalam situasi segenting apapun jiwanya akan tetap tenang dan yakin akan pertolongan Allah. Keberkahan adalah kemampuan mengelola perbedaan menjadi kekuatan, dan menata kekurangan menjadi motivasi. Itulah makna berkah Allah yang paling hakiki, ia bukan materi atau hasrat duniawi yang membuta. Tapi dia adalah energi yang selalu membuat kita makin dekat dengan Allah dalam kondisi selonggar apapun atau bahkan sesulit apapun.

Inilah inti dari seni mengambil keputusan itu, inilah corong untuk melihat kesuksesan cinta itu. Beginilah semestinya cinta itu di tumbuhkan oleh kematangan analisa dan konsep hidup yang jelas. Ia tidak sekedar bicara tentang memilih, mengungkapkan dan meminang. Tapi cinta juga mempunyai hakikat yang paling mendasar harus dipahami oleh para pecinta yaitu memberi. Hakikat percintaan yang utama adalah memberi, bukan meminta apalagi menuntut. Memberi apa yang bisa kita berikan kepada orang yang kita cintai adalah ibadah. Dan itulah hakikinya sebuah pembuktian cinta yang di dalam bersemai ruang ibadah yang mulia. Karena itu orang orang yang ingin mendapatkan kenikmatan cinta terbaik iya harus tahu bagaimana seni memberikan cinta kepada orang yang saling mencintai bersama kita.

Vitalitas dan konsekuensi

“Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat.” [ Al Baqoroh : 45]

Memberikan cinta terbaik harus dengan vitalitas terbaik. Karena itu dia tidak sembarangan. Semua itu memerlukan analisa akurat. Karena pertemuan cinta adalah kebahagiaan tapi dia bisa jadi masalah yang menyesakkan hati karena kita sedang memaksakan sebuah momen bukan menunggu momen yang tepat. Akhirnya yang kita temukan hanyalah perasaan yang rapuh, hati galau, pikiran yang gundah, air mata yang menyakitkan dan hati yang patah. Karena resiko ketergesa-gesaan adalah terpeleset dan jatuh. karena itu hati-hatilah.

Selain itu juga, hari ini ada begitu banyak wanita terenggut harga dirinya, melakukan seks bebas entah dalam kondisi terpaksa atau suka sama suka. Akhirnya semua bermuara pada penyesalan, penyesalan melahirkan rasa bersalah, dari rasa bersalah ada dua kemungkinan lagi yang lahir. Yang satu ia akan kapok dan menjaga diri untuk bertaubat atau ia justru makin larut dalam kehidupan bebas yang menyedihkan itu. Tidak sedikit memilih mencari ketenangan dan perhatian dengan jatuh ke pelukan demi pelukan laki-laki yang tidak jelas tanggung jawabnya. Tidak sedikit wanita yang terlanjur menjalani kehidupan prostitusi dengan alasan terlanjur basah. Kenistaan peradaban yang awalnya hanya dimulai karena masalah keputusan.

Maka sebelum kau memutuskan kondisikan semua perasaan, logika dan kebersihan hatimu pada titik cinta tertinggi menembus khasanah sidratul muntaha. Arahkan semua mata hati untuk melihat dengan jeli, jika kau tak sanggup maka mintalah malam malam menemanimu dengan sejuknya sentuhan wudhu dan heningnya sayup sayup syair kehidupan ketika kau bercumbu dengan Penciptamu di sepertiga malam yang sunyi. Karena di sana ada petunjuk vitalitas yang akan menuntunmu dari sikap ketergesa-gesaan. Disana ada kekuatan yang menjaga jiwa kita dari lelahnya melawan egosentris kedagingan yang setiap orang memilikinya.

Pastikanlah bahwa kondisi perasaan, logika dan hati kita dalam posisi yang sabar dan tenang. Tenang dalam keadaan berbunga bunga yang tidak berlebihan dan tidak juga dalam keadaan pesimis yang menyedihkan. Pastikan bahwa kita siap dengan semua resiko, siap melihat malam berarti anda harus siap melihat siang, siap melihat bulan berarti anda juga siap melihat mentari. Karena itulah hidup berputar seperti roda, seperti permainan rollercoaster, kadang kita diatas kadang kita dibawah, kadang semua sesuai harapan kita, kadang tidak juga. Karena apa? Karena garis hidup kita sudah ada yang menulis. siap menerima berarti siap ditolak. Siap menikmati kelebihan berarti siap juga mensyukuri kekurangan. Siap berharap berarti siap untuk untuk tidak diharapkan. Siap untuk menikahi istri seperti Khadijah ra berarti kita harus siap menjadi seperti Nabi Muhammad SAW. Pertimbangkanlah dalam kondisi hati yang bersih, perasaan yang tenang, logika yang sehat dan niat yang lurus.

Jangan biarkan nafsu kita memimpin kita untuk memilih sebuah momen pemberian cinta. Karena yang ada di sana hanya penyesalan pada akhirnya atau hanya kebahagiaan sesaat. Namun jika kita berhasil memenangkan pertempuran jiwa ini dan memilih karena kemuliaan ibadah. Niscaya waktu akan memperlihatkan pada kita apa itu kecantikan yang tak pernah keriput dan menua bahkan takkan pernah mati mengiringi umur bumi.

Kejelian sikap kita adalah hal yang menentukan, namun ketergesa-gesaan hanya akan membawa kita pada keterpurukan dan kenikmatan yang singkat. Karena itu bersabarlah..jangan menangkan hawa nafsumu..libatkan Allah, biarkan Dia yang menentukan yang terbaik bagi kita. Itupun jika memang kita percaya kepada vitalitas cinta, karena itu hanya datang dari keridhoan Allah, karena hanya Dialah sebaik baik cinta itu bisa kita dapatkan.

Bagaimana bukti kedahsyatan? Pada saat itu kau tak menemukan satupun penyesalan dalam jiwa ketika kau memberikan cintamu pada mahligai kepribadian yang telah di pilih Allah untuk memimpin atau menemani sejarah hidupmu yang selanjutnya. Bahkan ketika kau mengetahui satu persatu tabir kekurangannya yang terbuka di hadapanmu..semua itu menjadi suatu kesempurnaan dirinya di hadapanmu. Kau akan memandang itu sebagai sebuah ladang amal kehidupan, sebuah peta yang mencerahkanmu akan jalan menuju cinta yang abadi. Kenapa kau bisa sebijak itu? Karena kisah cintamu dipenuhi keridhoan dan menuai berkah kehidupan ilahi. Selamat mengambil keputusan semoga kita tidak salah dalam memaknai momentum kehidupan itu. Percayalah kita mungkin paling tahu apa yang kita mau, tapi Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan. Maka keputusannya tetap ditangan anda begitu pula dengan semua resikonya.

“Maka berpegang teguhlah engkau pada (Dien) yang telah di wahyukan padamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.” [As Zukhruf : 43]
Selengkapnya...

Petunjuk Jalan...

Jangan pernah melakukan perjalanan cinta tanpa perbekalan, seperti memasuki medan pertempuran tanpa senjata, seperti menyelam ke dalam samudera Atlantik tanpa tabung Oxygen. Jangan pernah memulai pertandingan tanpa strategi. Padahal pemain belakang kita sering berselisih dengan kiper. Begitulah seharusnya cinta terumpamakan setelah kenyakinannya telah menari dalam rasa seni ketika kita menuai tujuan cinta ke dalam sebuah keputusan.

Membuat sebuah keputusan berarti melahirkan sebuah kepentingan, didalam sebuah kepentingan selalu ada tujuan. Jika cinta belum memiliki tujuan, maka jangan salahkan arah mata angin yang tidak menentu, ketika ia tidak bisa berkomunikasi denganmu, saat kau meremehkan urgensi sebuah kompas ditengah hutan belantara hasrat, nafsu juga pertarungan harga diri ini.

Setelah kita menelusuri wajah kepribadian seseorang, lalu kita menelaah semua aspek efektifitas dari hasil keputusan kita. Setelah kita mengalahkan pemberhalaan cinta dalam diri kita. Maka kelas berikutnya yang harus kita telusuri adalah kemana mata angin jati diri ini akan kita bawa?

Seperti halnya cinta sebagai tanggung jawab untuk merawat dan memelihara. Sadarilah bahwa cinta itu seperti membangun rumah. Ia harus memiliki fase demi fase yang yang jelas. Membicarakan rumah berarti membicarakan keberadaan atap, dinding hingga pondasi rumah. Beginilah cinta harusnya diposisikan, agar efektifitas dan produktifitasnya jelas. Anda boleh tidak sepakat dengan pendapat ini, jika anda hanya melihat cinta seperti kebahagiaan instant atau sekedar hasrat dari kolaborasi gombalisasi dan kondomisasi.

Tak Ada Siaran Tunda

Ingatlah selalu, bahwa hidup tidak mengenal siaran tunda. Pada ruang dimana kita dituntut untuk menyimak dari misteri akar hingga prosa dari efek hidup fotosintesis dari hakikat hidup itu sendiri. Disaat itulah kita dituntut untuk tidak gegabah dalam merangkai cinta. Mengatakan cinta berarti memperjelas isi hati kita, harusnya pada saat itu juga kita harus menerima dengan jelas kemana arah mahligai cinta kita itu akan kita bawa.

Menyatukan cinta berarti menumbuh kembangkan potensi kehidupan dari sinergitas dua kepribadian, dimana didalam kepribadian itu bertumpu titik minus dan plus. Sadarilah, dari kedua titik tersebut kita harus lebih tersadarkan bahwa cinta adalah sebuah peperangan jiwa dalam sebuah reduksi kehidupan bernama tanggung jawab. Konfrontasi monumentalnya adalah membawa semua momentum jiwa kepada keseimbangan proporsi emosional dan rasional untuk bisa menjaga naluri tetap dalam keseimbangan poros hidup yang membahagiakan semua pihak yang terikat dalam jaring kekeluargaan didalamnya. Perang disini tidak bicara tentang invasi, pembantaian hingga konfrontasi senjata, tapi dalam perang ini, kita lebih banyak berperang melawan diri kita sendiri. Kita dituntut untuk menelaah kepribadian bukan hanya dari sudut kita, tapi juga dari situ kita bisa mengkombinasikan sisi minus dan plus, untuk menjadi sumber arus listrik kehidupan, seperti batu baterai yang menyalakan lampu bohlam dimalam hari, maka jika kita mau belajar lagi tentang tujuan cinta. dari situ kita akan mengerti dalam proses merawat dan memelihara cinta juga memiliki definisi yang lain yaitu kerjasama.

Seperti memimpin sebuah perahu, tidak boleh ada 2 nakhoda disana. Karena jika cinta adalah medan perang, kita membutuhkan satu pemimpin untuk memimpin barikade pasukan menuju kemenangan kehidupan. Maksudnya adalah setiap konsep dan tujuan harus dikelola dengan satu kepemimpinan, jika ada dua jenderal duduk bersama memimpin perang, maka yang terjadi bukan sebuah maksimalitas pertempuran. Percayalah perpecahan akan lebih banyak terasa disana, karena dua jenderal yang duduk bersama itu akan sama – sama merasa jenderal, merasa pintar, merasa konsepnya lebih baik untuk dijalankan. Kehadiran dua pemimpin satu bahtera akan lahirkan kekerasan pendapat yang beradu, hal seperti ini justru akan mematikan efektifitas dari kehadiran cinta, bahkan akan lebih banyak melahirkan kedangkalan emosional.

Jika cinta adalah kerjasama, maka tujuan dari cinta ibarat merangkai benang sejarah kehidupan. Dalam prosesnya kesemua itu membutuhkan bargaining positioning yang jelas, dan dituntun dalam pemahaman ilmu yang kuat. Inilah kualitas sinergitas yang akan mengarahkan kita kepada apa yang sering kita sebut produktifitas hidup.

Inilah perbedaan cinta yang hakiki dengan cinta yang lahir hanya karena birahi. Cinta yang hakiki selalu menempatkan arah pada posisi yang tepat, ia di hadirkan dengan rasa tanggung jawab. Sedangkan cinta yang lahir karena birahi lebih banyak hidup dalam keterpaksaan dan kebosanan. Itu semua karena mereka tidak mampu menghidupkan alur permainan cinta dalam managemen kehidupan dengan keikhlasan ilmu yang kuat.

Cakrawala Sinergitas

Seorang lelaki ditakdirkan untuk menjadi pemimpin, maka cukuplah laki – laki bermain sebagai jenderal. Rasa tanggung jawabnya melahirkan konsep konsep yang mengarahkan ikatan cinta pada produktifitas kehidupan, dimana didalamnya asmara tanggung jawab bergelut mesra dengan doa dan ikhtiar.

Ibarat sebuah perahu, maka peran wanita bagaikan layar yang menyeimbangkan perahu dengan arah mata angin untuk melaju menembus ombak dalam luas samudera kehidupan, Atau seperti sayap ketika sebuah pesawat mengangkasa membelah langit. Pada saat sinergi itu berhasil kita hidupkan berarti cinta telah mulai menemukan tujuan sebenarnya.

Sinergi ini hanyalah trigger awal, untuk memperjelas sebuah arah mengapa cinta harus dihadirkan. Bukanlah cinta, jika kita tidak memiliki tujuan dalam menghadirkannya dalam hidup kita. Partisi dari rangkaian jejak jejak jawaban dari misteri dari tujuan cinta itulah yang harus kita telaah lebih dalam. Bersinergi berarti harus menghasilkan sebuah hasil kerja kehidupan yang produktif. Hasil kerja disini adalah manfaat kehidupan.

Peran kesejatian cinta pada dasarnya adalah memberi manfaat. Manfaat disini dimulai dari sinergi kepentingan pribadi baik dari sisi laki – laki dan perempuan. Awalnya mereka hanya merasakan cinta didalam hati mereka. Perasaan suka, kagum berbalut dalam hasrat manusiawi, begitu indah warnanya jika hasrat itu tersalurkan dalam rangkaian ibadah yang diikat dalam ikatan langit. Karena jika fase itu sudah kita pahami, saya yakin akan lebih mudah untuk memahami mengapa kehadiran cinta harus bersemi pada tujuan tujuan dari manfaat bagi kehidupan itu sendiri.

Akan berbeda jika orang hanya mendefinisikan tujuan percintaannya pada ruang emosional hasrat kedagingannya. Kebanyakan dari mereka sudah kalah sebelum berperang, kekalahan mendasar dalam perjalanan cinta mereka adalah ketidakmampuan mereka menang melawan hawa nafsu mereka. Karena itulah kehadiran dari tujuan cinta mereka hanya terwarna indah dalam ‘kemuliaan’ sebuah kondom dan harga satu malam sebuah kamar hotel.

Kita harusnya tidak sedungu itu untuk sulit mengerti, bahwasanya dua ekor kambing yang dimabuk asmarapun akan tidak memiliki malu untuk melakukan interaksi seksual tanpa aturan dan batasan batasan dari rasa malu itu sendiri. Kita yang dilahirkan sebagai manusia telah diberikan akal, perasaan dan yang lebih utama adalah iman, yang dari kehadiran semua itu, sebaiknya tidak kita jadikan sebuah beban kehidupan atas aturan – aturan baku yang tidak sedikit orang menganggap itu sebagai kekangan dari kebebasan. Padahal tidak, jika kita mau menelaah lebih dalam, semua itu justru menjadi pembeda antara kita dengan gaya hidup seekor binatang, yang jika mereka jatuh cinta tak ada aturan baik untuk mengikat atau mengarahkan mereka untuk mengekspresikan naluri-naluri dari ekspresi cinta mereka. Harusnya cara kita mengekspresikan cinta menjadi berbeda karena kita manusia bukan binatang.

Kompas Jiwa

Itulah dasar utama yang akan memudahkan kita menemukan arah cinta kita, setelah fase sinergitas tersepakati dengan matang. Perjalanan cinta ini adalah ruangan pembelajaran kehidupan tentang kemampuan memberi. Karena intisari cinta adalah memberi, bukan meminta, menuntut apalagi memaksa. Alurnya begitu natural terasa indah ketika ia telah ditempatkan tepat pada tempatnya.

Maka dalam penelaahan jejak tujuan kita akan menemukan bahwa cinta akan terus berkembang seiring waktu. Romantismenya terus bertumbuh menemani cerita cerita saat pertama kali bertemu, hingga terikat halal, lalu melahirkan cerita cerita kehidupan inspiratif lainnya. Inspiratif disini adalah cerita cerita kemenangan dalam setiap waktu yang tidak mengenal siaran tunda, dimana didalamnya ada cerita heroic kehidupan tentang mempertahankannya dalam kondisi segetir apapun, atau mendewasakannya dalam saksi keriput keriput diwajah, dan rambut – rambut yang kian memudar zat penghitamnya.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan jika cinta telah menemukan tujuan jelasnya. Ia akan tetap sebuah cinta, dengan atau tanpa keriput di wajahmu. Keceriaannya akan menemani hidupmu hingga akhir waktu, kedukaan kedukaan menjadi cerita yang mengharukan di hari tuamu. Dan setiap waktunya menjadi kesaksian amal sholeh para malaikat untuk jatah bekal amal saksi akhiratmu. Sebenarnya dari semua catatan, dari semua cerita yang terlontar atau rahasia rahasia pembelajaran kehidupan yang telah dan akan hadir selanjutnya, maka seorang pemenang cinta akan mengerti bahwa hadist palsu tentang ibadah sunnah rasul disetiap malam jum’at itu, bukanlah tujuan cinta yang sebenarnya. Namun menghadirkan manfaat kehidupan, untuk mencatat sejarah sejarah berharga minimal untuk anak cucu kita kelak. Itulah tujuan cinta sebenarnya, maka kita harus mewarisi semuanya sebagai inspirasi, lalu membawa nilai kebaikannya sebagai bekal akhirat, semoga kau juga berhasil menemukan petunjuk jalan yang sebenarnya lebih dekat dari urat nadimu sendiri.

Sekali lagi ingatlah, Jangan pernah melakukan perjalanan cinta tanpa perbekalan, seperti memasuki medan pertempuran tanpa senjata, seperti menyelam ke dalam samudera Atlantik tanpa tabung Oxygen. Jangan pernah memulai pertandingan tanpa strategi. Padahal pemain belakang kita sering berselisih dengan kiper. Begitulah seharusnya cinta terumpamakan setelah kenyakinannya telah menari dalam rasa seni ketika kita menuai tujuan cinta ke dalam sebuah keputusan.

Thufail Al Ghifari/Re-upload, 4 juni 2011
Selengkapnya...

Cermin Di Rumahmu...

Hari itu gerimis basahi bumi Jakarta. Heni termenung sunyi, pupus sudah rasanya harapannya. Sejak tiga hari yang lalu dia terlilit kecewa. Yudhi kakak kelas di sekolahnya ternyata lebih memilih Rina untuk di jadikan kekasihnya.

Hatinya bagai tersambar petir dan tak ada yang mampu menahan duka yang kian menumpukan ara dalam hatinya yang terasa makin rapuh. Semangat hidupnya luntur, wajahnya bagai tercoreng dalam rasa malu yang begitu dalam. Yudhi adalah primadona sekolah. Wajah yang begitu putih dan halus, tinggi dan sering di bicarakan hampir seluruh gadis di sekolah. Dan begitulah kisahnya suatu ketika Heni memercayakan ukuran cintanya kepada cermin di rumahnya. Ia berharap bisa selaras dengan ukuran cermin di rumah Yudhi sang idola kasat mata jiwanya yang terlanjur terjebak dalam angan – angan perasaan jiwa dari sudut pelataran harapan yang sebenarnya belum pasti.

Dari mata turun ke hati, dari situlah cinta biasanya mulai menghadirkan spektrum perasaan dan getaran dalam hati dan urat nadi kita, bersinergi dalam saraf – saraf otak. Mata kita!..itulah permasalahan awalnya. Di sinilah letak rekayasa kegundahan itu tercipta dengan atau tanpa kesadaran. Seringkali mata telah membuat kita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak perlu kita lihat. Hingga akhirnya ia mampu menyakinkan kita untuk memilih dari tuntunan keterbatasan kita sebagai manusia. Lalu setelah itu kita biarkan ia mendikte kita untuk lebih percaya kepada cermin daripada kepada hati nurani kita sendiri.

Cinta Bukanlah Sebuah Gambaran

Lupakanlah Heni, Yudhi atau Rina..karena hari ini ada begitu banyak parasit perasaan telah sesatkan cinta menuju gundah tak berkesudahan. Hanya karena mata telah membiarkan perasaan kita untuk lebih percaya kepada cermin dalam mendefinisikan ukuran awal sebelum kita membaca sebuah teka – teki yang kita sebut cinta.

Tapi cinta yang seperti apakah yang bisa dijelaskan oleh sebuah cermin. Apa yang kau harapkan dari gambaran sebuah cermin yang tidak akan pernah mampu mendewasakanmu. Cermin tidak akan pernah mampu membelamu dan menghiburmu apalagi menghapus air matamu kala ia menetes basahi polos pipimu, yang mungkin pipi itu sempat menjadi saksi pengorbanan cinta dan perasaan setia akan indahnya harapan hidupmu atau menyimpan sejarah ketika patahan cinta pernah berkabung dalam sebuah episode penantian cinta yang tak kunjung menyapa. Karena cermin terlalu lugu untuk memahami dunia, begitulah berikutnya ia sering terkesan menipu.

Ya…ia memang terkesan menipu atau memang ia justru sering tertipu. Karena cermin hanyalah teman sejati dari mata yang telanjang. Mata yang hanya mampu menilai keindahan dari sampul – sampul luar sebuah pakaian kepribadian. Dan sampul hanyalah sebuah kosmetika marketing yang tidak semuanya dibangun karena kualitas harga jual sebuah nilai kelas tinggi. Maka begitulah cermin memang tidak akan pernah mampu menjelaskan kepadamu tentang apa yang terbaik bagi hidupmu. Karena cermin memang bukan sahabat dari nurani, karena cara ia memandang memang berbeda.

Disitulah kita sepatutnya harus mulai belajar, untuk tidak pernah mencurahkan semua perasaan gelisah dan gejolak hati kita pada cermin di rumah. Jangan pernah menggantungkan harapan cintamu pada paras dari lukisan yang diberikan oleh kasat matamu. Karena ia hanyalah bayangan semu dan terlalu lemah untuk mengalahkan waktu dan susunan alam yang pasti akan memuai keriput – keriput juga kepalsuan. Karena cermin tidak pernah sempurna menyimpan kepercayaan kita. Karena cermin juga bisa pecah dan hancur berkeping – keping ditelan getaran zaman.

Walau memang getaran itu adalah sesuatu yang menjadi fitrah bagi setiap manusia. Yang ujungnya dimulai dari kedewasaan hati dalam mengakomodir arah mata. Agar ruas harga dirinya terjaga dan tidak terjatuh dalam fatamorgana dan mimpi – mimpi yang membutakan kita pada kenyataan. Sekelebat ia lewat. dan sedikit saja celah kita biarkan ia menghantui ruang – ruang kosong dalam hati kita. Maka sejak itu perangkapnya akan merubah fitrah menjadi nestapa dan penyesalan. Maka sejak saat itu cermin tidak akan pernah mampu menjelaskan kepada kita tentang nurani dan iblis yang berkecamuk di dalam jiwa kita yang penuh dengan keterbatasan.

Sembunyikanlah gundahmu, lukamu atau kisah yang mungkin pernah membuat engkau menyimpan foto – foto dan kisah – kisah kemesraan itu, mengoleksi sejarah dan mengkhawatirkan keberadaannya dibalik setiap lapisan waktu yang tak pernah berhenti berdetak. Lalu setelah itu akalmu-pun akan ikut mati dalam jarak simetri di antara ruang – ruang duka dan suka. Kau coba merubah semua kedalam pilihan yang kedua. Untuk membangun setetes harapan dan mimpi akan kebahagiaan. Walau kau coba berkali – kali memastikan tanda tanya. Mencari jawaban yang sebenarnya kau sudah mengetahui jawabannya. Namun mau berapa lagi kita biarkan diri kita tertipu, ketika setiap haluan definisi kegundahan itu harus berakhir dari nasehat bisu cermin di rumahmu. Lalu kita biarkan diri kita terseret ke dalam harapan dari oasis di antara sahara hidup yang membuatmu seakan melihat kesegaran dan nafas yang penuh kenyamanan.

Hidupmu Adalah Sebuah Amanah

Ingatlah, cinta sejati selalu dijaga bersama sang ksatria waktu dalam medan perang yang penuh kesabaran dan pengertian panjang. Yang keseluruhannya menimbulkan energi pembelajaran untuk menjadi lebih baik dengan kedewasaan. Dan itulah hal yang tidak mampu di jelaskan oleh cermin di rumahmu. Ia hanya mampu membisu. Ketika engkau bertanya. Ia hanya berdiam diri mengikuti bahasa bibirmu. Mengikuti aura dirimu menemani senyum atau airmatamu. Ia tidak mampu jujur kepadamu tentang hal – hal lain yang perlu dikuatkan dalam dirimu.

Ia tidak berani mengingatkanmu atas kelemahan dan kesalahanmu, karena ia takut pecah dan hancur karena ketidaksiapanmu mensyukuri keberadaanmu yang sebenarnya. Suatu ketika ia akan selalu membiarkan kebohongan menemani rekayasa batin yang tidak mampu keluar dari setiap keterbatasan diri. Karena cermin hanya mampu menunjukan jerawat di salah satu sisi wajahmu, atau sekumpulan panu yang tersembunyi dibalik penutup auratmu tanpa mau bicara bagaimana cara mengobatinya. Karena cermin tidak akan pernah mampu menuntunmu keluar dari setiap masalah hidupmu, karena memang ia sendiri tidak mampu mengenali dirinya sendiri.

Ia memang mampu menciptakan bara yang menerangi dimensi kesunyian hatimu dengan nostalgia Cinderella. Ia bagaikan lilin dalam gelap harapanmu, meneranginya sejenak sambil membakar dirinya sendiri. Hingga tak ada lagi harapan yang tersisa selain puing – puing sesal setelah tepian waktumu habis bersama gelisah. Begitulah jamuan awalnya dimulai dengan tipu daya, praduga yang menitipkan asa pada sketsa wajah yang menghayutkan rasa sadar kita pada level dimana nalar terlanjur terjebak dalam samudera hati yang penuh dengan buaian semu syair – syair cinta yang episodenya dimulai dari hasrat kedagingan.

Sahabatku…apa yang kau harapkan dari besi yang pasti akan tenggelam bersama karat lalu keropos tanpa identitas dan tak pernah mampu meninggalkan mutiara bagi pilar – pilar sejarah hidupmu. Begitulah cermin di rumah hanya mampu menunjukan kepadamu refleksi keistimewaan dari plagiat ruang bisu yang takkan pernah mampu bersandung abadi bersama waktu, dan takkan pernah mampu bertahan menembus zaman yang sarat dengan kesah dan peluh.

Nurani tidak melihat sampul luar terlebih dahulu, sedangkan cermin selalu dimulai dari sana, dari pelataran yang jauh dari kerendahan hati. Tapi untuk hati yang bersinar dalam kejujuran nurani, maka ia selalu bersemi dalam keikhlasan hidup yang bermuara dari samudera paradigma yang jauh lebih berharga dari harga sebuah sampul yang paling mahal didunia ini. Jangan!...jangan sekali lagi engkau percayakan cinta kepada apa yang di katakan cermin di rumahmu.

Thufail Al Ghifari/Upload ulang Rempoa - 4 Juni 2011
Selengkapnya...